Latar
Belakang
Sirkumsisi
(circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah
“sunat” atau “supit”, merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak
dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh
dukun sunat. Tindakan sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, dengan
ditemukannya gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba.
Alasan tindakan ini masih belum jelas namun pada masa itu teori
memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan
atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju
kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika
atau seksualitas.
Beberapa kelompok masyarakat tertentu sampai saat ini masih memperdebatkan
alasan melakukan sirkumsisi. Beberapa agama mewajibkan
pelaksanaan sunat pada laki-laki contohnya pada agama Islam dan Yahudi. Praktik
ini juga terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan
Filipina. Menurut literatur AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk
melakukan sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya
dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi, survey tahun 2001
menunjukkan bahwa 23,5% orang tua melakukannya karena alasan medis. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker. “Dua
penelitian terakhir malah berhenti lebih awal, karena menunjukkan keefektifan
yang tinggi tentang khitan dibanding kelompok kontrol yang menolak dikhitan,”
jelas peneliti dari Universitas Illinois, Amerika Serikat, Richard Bailey,
dalam Konferensi Masyarakat AIDS Internasional di Sydney, Australia.
Secara medis tidak ada
batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia menurut WHO umur yang
paling sering pada usia 5-12 tahun dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan
sirkumsisi adalah 85% (8,7juta). Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi
dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun
semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan
untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses
yang lebih aman dan lebih tidak
menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam
pelaksanaan sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih
cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara seorang
dokter dalam melakukan khitan sangat tergantung pada alat, kemampuan dokter dan
keterampilan yang dimilikinya. Dalam standar kompetensi dokter 2012 telah dinyatakan bahwa khitan merupakan
kompetensi level 4 dimana seorang dokter harus mampu melakukan khitan secara mandiri
dan merawat luka khitan sampai sembuh. Dalam karya tulis ini akan dibahas
secara khusus metode sirkumsisi dengan menggunakan metode dorsumsisi dan smart
klamp.
Definisi
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere
(berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision)
adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup
depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan
dalam prosedur yang dinamakan frenektomi.
Kulit kulup (prepusium) adalah lapisan luar/lipatan kulit yang
menyelubungi glans penis. Prepusium menempel pada glans penis di sisi ventral
frenulum. Sebuah pembuluh darah kecil membentang di frenulum. Selama
perkembangan intrauteri ,epitelium prepusium dalam memulai memisah dari
epitelium glans. Kendati retraksi prepusium minimal saat lahir, pemisahan
fisiologis normal ini berlanjut hingga sepanjang masa kanak-kanak. Muara puncak
prepusium adalah cincin prepusium.
Korona adalah bagian atas glans. Sulkus korona adalah batas antara glans
& badan penis. Eksisi prepusium yang tepat adalah sejajar sulkus korona.
Muara (meatus) uretra dalam kondisi normal terletak pada puncak tengah glans.
Apabila meatus uretra berada pada bidang vertical/dorsal, kondisi ini disebut
hipospadia & sirkumsisi tidakboleh dilakukan.
Tujuan,
Indikasi, dan Kontraindikasi Sirkumsisi
Secara
medis manfaat dan koplikasi sirkumsisi masih menjadi perdebatan, sehingga
terdapat kubu pro dan kontra, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan rekomendasi
dan petunjuk tentang manfaat dan risiko sunat. Selain untuk pelaksanaan
ibadah agama / ritual, sirkumsisi dilakukan juga dilakukan karena memiliki
manfaat secara medis sebagai berikut:
1.
Mencegah infeksi
saluran kemih.
Manfaat yang paling
penting adalah penurunan risiko infeksi saluran kemih pada masa bayi.
Studi awal melaporkan bahwa bayi laki-laki disunat adalah 10-20 kali lebih
mungkin untuk mendapatkan infeksi saluran kemih dari masih bayi disunat.
Sekitar 7-18 dari setiap 1.000 bayi laki-laki tidak disunat akan beresiko
terjadi infeksi saluran kemih selama tahun pertama kehidupan dibandingkan
dengan 1-2 dari setiap 1.000 bayi laki-laki disunat. Peningkatan resiko ini
terjadi akibat kolonisasi kuman pathogen dari urine diantara glands penis dan
lapisan kulit preputium bagian dalam.
2.
Mencegah kanker penis.
Di AS, pria yang tidak
disunat adalah sekitar tiga kali lebih mungkin mengalami kanker penis
dibandingkan pria yang disunat. Tetapi American Cancer Society
tidak sependapat dan mengemukkan bahwa hal itu kurang penting
daripada yang diduga. Namun hal itu terjadi karena angka kejadian
kanker penis di Amerika sangat jarang, kanker penis terjadi setiap tahun
kurang dari 10 dari setiap satu juta orang biasanya di usia tua. Kebersihan
yang baik juga muncul untuk mengurangi risiko kanker penis. Iritasi kronis
galand penis dengan smegma dan balanitis (infeksi) merupakan faktor
predisposisi terjadinya kanker penis. Kanker penis jarang terjadi pada orang
yang telah disirkumsisi.
3.
Mencegah gangguan penis.
Phimosis adalah ketidakmampuan untuk menarik kembali kulup,
biasanya karena peradangan atau infeksi atau karena itu konfigurasi alami bahwa
penis. Banyak pria yang sangat senang tidak pernah menarik kembali kulit khatan
mereka. Kondisi ini biasanya ringan, tetapi dapat menghasilkan ereksi menyakitkan
dan gejala lainnya. Karena khitan menghilangkan kulup, mencegah phimosis. Tapi
kebersihan yang baik juga pelindung, dan ketika gangguan tersebut segera
diobati biasanya membaik dengan cepat, beberapa pria, meskipun, membutuhkan
sunat sebagai orang dewasa untuk mengoreksi kasus yang luar biasa parah dari
phimosis.
4.
Mencegah posthitis.
Sunat juga mencegah posthitis, radang kulup, Dan tampaknya
mengurangi risiko balanitis, radang kelenjar pada penis. Namun, kondisi ini
umumnya ringan merespon dengan baik terhadap pengobatan sederhana.
5.
Penyakit menular seksual (PMS).
Studi
baru menunjukkan bahwa sunat mengurangi risiko pria terinfeksi oleh HIV, virus
penyebab AIDS. Sebaliknya, sebuah studi menunjukkan bahkan dapat meningkatkan
risiko dari PMS yang paling umum, klamidia.
Indikasi
sirkumsisi
1. Agama
2. Sosial
3. Fimosis
dimana preputium tidak dapat ditarik ke proximal karena lengket dengan gland
penis diakibatkan oleh smegma yang terkumpul diantaranya.
4. Parafimosis
dimana preputium yang telah ditarik ke proximal, tidak dapat dikembalikan lagi
ke distal. Akibatnya dapat terjadi udem pada kulit preputium yang menjepit,
kemudian terjadi iskemi pada glands penis akibat jepitan itu. Lama kelamaan
glands penis dapat nekrosis. Pada kasus parafimosis, tindakan sirkumsisi harus
segera dilakukan.
5. Balanitis
recurrent
6. Kondiloma
akuminata, merupakan suatu lesi pre kanker pada penis yang diakibatkan oleh HPV
(human papiloma virus). Karsinoma sel squamosa pada preputium penis, namun
dilaporkan terjadi rekurensi local pada 22-50% kasus.
7. Pencegahan
penumpukan smegma yang diduga kuat bersifat karsinogenik
Kontraindikasi
sirkumsisi
·
Absolute: hipospadia, epispadia.
·
Relatif : gangguan pembekuan darah
(misalnya hemofilia), infeksi local, infeksi umum, dibetes melitus.
Komplikasi
Sirkumsisi yang
dilakukan dengan benar dan perawatan hemostasis yang cermat, hampir
tidak menimbulkan penyulit. Secara umum
penyulit yang terjadi pada tindakan ini rata-rata adalah 0,2-0,5%, yang terdiri
atas :
1. Perdarahan
(0,1-35%).
2. Infeksi
(0,4%).
3. Pengangkatan
kulit penis tidak adekuat.
4. Terjadinya
amputasi glans penis.
5. Timbul
fistula uretrokutan .
6. Nekrosis
penis.
Sirkumsisi yang
tergesa-gesa dan tidak memperhatikan perdarahan yang masih berlangsung
menyebabkan perdarahan pasca sirkumsisi.
Perdarahan terutama pada arteri frenulum yang ada di sebelah ventral
penis. Sterilisasi yang kurang baik pada saat sirkumsisi dan hygiene pasca sirkumsisi yang tidak terjaga
menyebabkan infeksi luka operasi.
Terjadinya nekrosis penis disebabkan iskemia yang karena infeksi,
pemakaian campuran anestesi local dengan konsentrasi adrenalin yang terlalu
tinggi dan kain pembungkus verban yang terlalu ketat. Di negara turki
dilaporkan oleh Odzemir (1997) bahwa penyulit akibat sirkumsisi 5% disebabkan
oleh dokter, 10% oleh tenaga kesehatan selain dokter dan 85% dikerjakan oleh
tukang sunat tradisional.
Variasi
Metode
a.
Metode klasik/dorsumsisi/cara kuno
Metode ini sebenarnya
sudah lama ditinggalkan, namun prakteknya masih dapat dilihat di sekitar
pedesaan. Alat yang umumnya digunakan dalam metode ini adalah bambu yang telah
ditajamkan, skalpel atau pisau bedah, dan silet. Peralatan yang akan dipakai
ini sebelumnya disterilkan dengan alkohol tepat sebelum penggunaan. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi,
bila tidak dilakukan dengan steril.
b.
Metode lonceng atau ikat
Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya
diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati
dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu
yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara
Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
c.
Clamp atau klamp
Metode ini memiliki
banyak merek dagang terdaftar, namun, pada prinsipnya adalah kulit yang akan
dihilangkan dijepit kemudian dipotong saat itu juga. Secara sekilas, proses
penjepitan terlihat seperti metode lonceng, namun, sangat berbeda di tahap
selanjutnya, yaitu pemotongan.
Pada metode ini, penjepitan hanya dilakukan sebentar
saja selama operasi berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian
langsung dibuang (sekali pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis. Merek dagang
yang umumnya dipromosikan adalah: Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp,
Ali’s Clamp, Tara Clamp, Smart Clamp. Di Indonesia, 2 metode yang terkenal
adalah Tara Clamp dan Smart Clamp.
1) Gomco
Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh
Hiram S. Yellen, M.D. dan Aaron
Goldstein. Alat ini terdiri dari
bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya untuk
menempatkan keduanya dalam posisi
yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi
memberikan tekanan.
2) Ismail
Clamp
Ismail Klamp
ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya hampir menyerupai alat
klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian dengan sistem
sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa harus
merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak.
3) Q-tan
Alat ini
menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati (irreversible
locking system ) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena
pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara
massal dan masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang
mendalam sehingga alat ini layak untuk digunakan secara luas.
4) Sunathrone
Sunathrone
adalah metode sunat dengan kaedah terkini yang ditemukan oleh Dr
Mohammad Tasron Surat, dokter
kelahiran Malaysia. Keistimewaan Sunathrone ini adalah
kerana praktis dan proses
penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini akan
tertanggal sendiri, serta tidak
memerlukan perawatan khusus. Setelah khitan dapat langsung
memakai celana dan beraktifitas
tanpa rasa sakit.
5) Ali’s
Clamp
Alat ini mirip
dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain miring dengan
pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis.
6) Tara
Clamp
Dr. T. Gurcharan
Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari
plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia
Metode Cincin dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun
2001. Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang
dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan
menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5
menit. Kelebihan metoda ini adalah mudah dan aman dalam penggunaan, tidak
memerlukan penjahitan dan perban, tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, pendarahan minimal bahkan bisa tidak
berdarah, tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung
pakai celana dalam dan celana panjang.
7) Smart
Klamp
Smart klamp
merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001
di Jerman dan penemunya adalah dr.
Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa ukuran, mulai dari
nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi alat yang dipakai nomor 10, sedangkan
orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni
nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan bebas dari
penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan
sistem tertutup.Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman
atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini
pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi anestesi
lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan
dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan
spidol. Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona
gland penis. Lalu klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90
derajat, hingga posisi smart klamp siap terkunci. Setelah posisi kulit yang
akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran kencing tidak
terhalang tabung. Berikutnya adalah mengunci klamp hingga terdengar bunyi
“klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka
dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses
itu, sunat ala smart klamp selesai. Setelah lima hari, smart klamp dilepas
dokter atau perawat dengan teknik yang sangat mudah.
d.
Electrocutery
Metode ini menggunakan
tekhnik yang berbeda sekali dengan metode yang lainnya, dimana umumnya
menggunakan pemotongan dengan pisau bedah atau alat lain, sementara metode ini
menggunakan panas yang tinggi tetapi dalam waktu yang sangat singkat.
Metode ini memiliki
kelebihan dalam hal mengatur pendarahan, dimana umum terjadi pada anak berumur
dibawah 8 tahun, yang dimana memiliki pembuluh darah yang kecil dan halus.
Khitan
dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan
perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana
pembuluh darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat
seperti “sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan
energi listrik (PLN) sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran (kerusakan)
alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.
e.
Flash Cutter
Metode ini merupakan
pengembangan secara tidak langsung dari metode electrocautery yang dimana
perbedaannya adalah menggunakan sebilah logam yang sangat tipis dan diregangkan
sehingga terlihat seperti benang logam. Logam tersebut kemudian dipanaskan
sedikit menggunakan battery. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang
kemungkinan masih ada, dan juga untuk mempercepat pemotongan. Karena alat ini
menggunakan battery, alat ini cenderung lebih mudah dibawa sehingga beberapa
dokter yang memiliki alat ini bisa melakukan proses sirkumsisi di rumah pasien
sampai selesai.
f.
Laser Carbon Dioxide
Metode inilah yang
menggunakan murni laser selama proses sirkumsisi. Metode ini adalah metode
tercepat selain menggunakan metode klasik karena didukung oleh tekhnologi medis
yang telah maju.
Prosedur sirkumsisi dengan metode
dorsumsisi
Ø Persiapan
pasien. Sebelum dilakukan sirkumsisi,
kita tentukan tidak ada kontraindikasi untuk melakukan tindakan sirkumsisi. Hal
ini diketahui dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
ditelusuri :
a. Riwayat
gangguan hemostasis dan kelainan darah.
b. Riwayat
alergi obat, khususnya zat anatesi lokal, antibiotik, maupun obat lainnya.
c. Penyakit
yang pernah/sedang diderita, misalnya demam, sakit jantung, asma.
d. Pada
pemeriksaan fisik dicari :
1) Status
generalis: demam, tanda stres fisik, kelainan jantung dan paru.
2) Status
lokalis: hipospadia, epispadia, atau kelainan congenital lainnya.
Ø Persiapan
alat dan bahan:
a.
Minor surgery set steril yang
terdiri dari gunting jaringan 1 buah, klem arteri lurus 4 buah, klem arteri
bengkok 1 buah, pinset anatomis 1 buah, pemegang jarum (needleholder) 1 buah,
jarum jahit kulit (cutting needle) 1 buah, knife holder + pisturi (pisau Bedah)
no. 12 atau 15
b.
Duk berlubang kecil streril
c.
Sarung tangan steril
d.
Kain kasa steril
e.
Cat gut chromic 3/0 dengan jarumnya
f.
Spuit 3 atau 5 cc steril
g.
Lidokain hcl 2% injeksi
h.
Larutan NaCl 0,9 % atau aqua
destilata
i.
Larutan antiseptik: larutan
sublimate, povidon iodin 10%, dan alkohol 70%. Plester
j.
Sofratule (kasa yang ada
antibiotik)
k.
Analgesik oral (antalgin atau
parasetamol).
l.
Antibiotik oral
(ampisilin/amoksisilin/eritromisin
m.
Salep antibiotik (kloramfenikol 2%
atau tetrasiklin 2%)
Ø Persiapan
alat dan obat-obatan penunjang hidup bila terjadi syok anafilaksis.
Ø Persiapan
pasien dan lingkungan:
a. Menjelaskan
maksud dan tujuan tindakan
b. Mengatur
posisi klien senyaman mungkin
c. Memasang
sampiran atau sketsel
d. Memasang
perlak dan pengalas
Ø Asepsis
dan antisepsis.
a. Pasien
telah mandi dengan membersihkan alat kelamin (genetaliannya) dengan sabun.
b. Bersihkan
daerah genetalia dengan alkohol 70% untuk menghilangkan lapisan lemak.
c. Bersikan
daerah genetalia dengan povidon iodin 10% dengan kapas dari sentral ke perifer
membentuk lingkaran ke arah luar (sentrifigal) dengan batas atas tepi pusar dan
batas bawah meliputi seluruh skrotum.
d. Letakkan
kain penutup stril yang berlubang.
Ø Pelaksanaan:
1 1.
Mencuci tangan
b 2.
Memakai sarung tangan steril
c 3.
Bersihkan genetalia eksterna dengan Nacl
dan desinfeksi dengan betadine
d 4.
Tutup duk berlubang kecuali genetalia
e 5.
Anestesi lokal
Digunakan
anestesi local dengan menggunakan lidokain 2%.
Ø Lakukan
anastesi blok pada n. dorsalis penis dengan memasukkan jarum pada garis medial
di bawah simpisis pubis sampai menembus fascia Buck (seperti menembus kertas)
suntikkan 1,5 ml, tarik jarum sedikit, tusukkan kembali miring kanan/kiri
menenbus fascia dan suntikkan masing-masing 0,5 ml; lakukan aspirasi dahulu
sebelum menyuntik untuk mengetahui apakah ujung jarum berada dalam pembuluh
darah atau tidak. Jika darah yang teraspirasi maka pindahkan posisi ujung
jarum, aspirasi kembali.Bila tidak ada yang teraspirasi, masukanlah zat
anastesi.
Ø Lakukan
anastesi infiltrasi di lapisan subkutis ventral penis 0,5-0,75 ml untuk kedua
sisi.
Ø Lakukan
masase untuk meratakan anestesi dan tunggu efek anestesi bekerja. Tes penis
dengan menggunakan pinset apakah anastesi sudah berfungsi atau belum.
f. 6. Pembersihan glans penis.
Buka
glans penis sampai sampai sulkus korona penis terpapar. Bila ada perlengketan,
bebaskan dengan klem arteri atau dengan kassa steril. Bila ada smegma,
bersihkan dengan kassa mengandung larutan sublimat.
g 7.
Dorong prepusium ke belakang dengan lembut
untuk mengidentifikasi muara meatus urinarius dan perkirakan berapa banyak
prepusium yang akan diangkat sekitar dua pertiga prepusium harus diangkat dan
tandai dan klem prepusium pada jam 11,1 dan 6 di tarik ke distal
h 8. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan
menggunakan gunting kearah sulcus coronarius dan sisakan mukosa
kulit secukupnya dari distal sulcus.
i.
9. Kemudian lakukan potongan melingkar yang merata dengan panjang
sesuai dengan panjang potongan kulit luar pertama yang telah difiksir tadi.
Lakukan kontrol perdarahan.
10. Setelah semua kulit luar lepas, klem ujung dari kulit luar yang
dipotong tadi di keliling batang penis untuk melapangkan area jahitan sekaligus
menandai tempat yang akan dijahit.
11. Kemudian kulit dan mukosa di jahit satu persatu atau jelujur dengan cat gut 3/0
12.
Setelah penjahitan selesai, gunting
mukosa frenulum di sebelah distal dari jahitan sebelumnya, dan bersihkan dengan
iodine 10% lalu beri salep kloramfenikol 2%. Balut dengan sofratule dengan
longgar mengelilingi glans dan pinggiran kulit.
13.
Bereskan semua peralatan
14.
Pemberian obat-obatan
a)
Analgasik oral (antalgin atau parasetamol)
b)
Antibiotik oral (ampisilin, amoksisilin, eritromisin)
c)
Pemberian obat-obatan ini dapat dimulai 2-3 jam sebelum sirkumsisi.
15.
Dokumentasikan
Prosedur
sirkumsisi dengan metode Smart Klamp
Smartklamp adalah salah
satu inovasi terbaru dunia kedokteran khususnya di bidang sirkumsisi (khitanan)
dan saat ini sangat banyak di pakai di dunia Internasional. Sejak diluncurkan
pertama kali di pameran alat kesehatan dunia di Dusseldorf, German, tahun 2001,
alat ini langsung melejit memasuki pusat-pusat pelayanan kesehatan di Eropa,
Amerika dan Asia
Tenggara. Alat ini sangat diminati oleh
para dokter disebabkan alat ini sangat praktis dan aman dibandingkan alat lain
yang saat ini ada. Smartklamp memang dirancang untuk menghasilkan cara yang
aman, cepat, dan canggih. Alat ini diciptakan dengan menggunakan teknologi
plastik terkini dan diproduksi dengan standard mutu berkualitas tinggi.Prosedur
sirkumsisi yang hampir tanpa perdarahan dan alat yang sekali pakai (disposable)
juga membantu mengurangi resiko penyebaran infeksi. Alat ini bekerja dengan
cara kerja yang menyamai klem tali pusar bayi, sehingga tanpa memerlukan
jahitan dan perban.
Alat
ini terdiri dari berbagai ukuran, karena itu sangat cocok dilakukan pada bayi,
anak-anak maupun orang dewasa.Metode ini juga sangat aman bagi penderita
Diabetes, Hemofilia, anak-anak Autis atau anak-anak Hiperaktif. Beberapa
kelebihan alat ini adalah dari sisi praktisnya alat ini sangat mudah digunakan
bagi para dokter, tanpa jahitan dan tanpa perdarahan sehingga waktu yang
diperlukan untuk melakukan proses khitanan menjadi lebih singkat (hanya sekitar
7 menit). Dari sisi keamanan alat ini mampu mencegah terjadinya cedera pada saat
proses sunatan, menghindari terjadinya infeksi seperti HIV/AIDS dan hepatitis.
Bentuknya yang ergonomis dan ringan membuat alat ini sama sekali tidak
mengganggu aktifitas anak. Metode kerjanya dengan sistem klem memberikan
perlindungan dan keamanan sesudah khitanan sehingga anak dapat beraktifitas
bebas seperti biasa dan bisa langsung sekolah keesokan harinya bahkan bisa
langsung dipakai untuk berenang. Bagi anak yang hiperaktif, alat ini adalah
pilihan yang paling tepat karena tingkat keamanannya yang sangat tinggi. Demikian
juga untuk anak atau bayi yang masih mengompol alat ini sangat cocok karena
tahan terhadap basah.
Keunggulan Smarklamp
1. Praktis
- Alat ini hanya terdiri dari 2 komponen terbuat dari bahan yang ringan dan kuat sehingga persiapan sunatan sangat mudah.- Pemasangan alat sangat mudah, tanpa perdarahan, tanpa jahitan dan tanpa perban.
- Perawatan setelah sunatan sangat mudah karena tidak memerlukan perawatan khusus seperti metode lain. Dengan alat ini pasien dapat langsung beraktifitas normal seperti bersekolah, bermain, bekerja bahkan berenang. Pada saat liburan anak boleh berpergian keluar kota tanpa khawatir akan berdarah atau komplikasi lain.
- Pelepasan alat ini sangat mudah bahkan bisa dilakukan sendiri oleh orang tua atau pasien yang telah dewasa.
2. Aman
- Prosedur pemasangan alat ini memberikan keamanan yang lebih baik sehingga terhindar dari cedera atau trauma saat pemasangan.
- Alat ini dibuat untuk sekali pemakaian (disposable) sehingga terhindar dari resiko infeksi dan tertular penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis dsb. Metode ini tidak memerlukan antibiotik selama perawatan.
- Alat ini sangat cocok digunakan untuk anak dengan kelainan seperti Hemofilia, Autis, Hiperaktif, Retardasi Mental, bayi dengan Fimosis, Infeksi/ radang, dsb.
- Pada anak yang masih mengompol alat ini adalah pilihan terbaik bagi orang tua karena dengan alat ini luka khitanan terhindar dari siraman air kencing.
3. Cepat
·
Waktu pemasangan sangat cepat (hanya
sekitar 5 – 7 menit)
·
Alat akan terpasang selama 5 hari untuk
anak-anak dan 7 hari untuk dewasa.
·
Selama penggunaan alat akan terasa
singkat karena tanpa perawatan khusus.
·
Waktu penyembuhan rata-rata lebih cepat
dibandingkan metode lain yaitu 20 hari sejak hari dikhitan.
4. Nyaman
·
Alat ini sangat ringan dan ergonomis
sehingga serasa tidak habis disunat
·
Tidak menimbulkan rasa nyeri
·
Pilihan waktu sunatan tidak harus
liburan atau cuti bekerja karena pasien dapat langsung beraktifitas sehari
setelah dikhitan. Khitanan pun dapat dilakukan pagi, siang ataupun malam dengan
hasil yang sama.
·
Alat ini terdiri dari berbagai ukuran
sehingga dapat digunakan untuk berbagai usia mulai bayi, anak-anak sampai
dewasa.
5. Kosmetis
- Hasil khitanan akan lebih estetis, rapi dan simetris sehingga pasien akan merasa lebih puas.
6. Ekonomis
Cara Pemasangan
- Alat
Smartklamp dipasang; pertama tabungnya kemudian klem penguncinya.
- Setelah letak Smartklamp telah sesuai, klem dikunci lalu kulit kulup dibuang.
- Proses
selesai sekitar 5 sampai 7 menit. Tanpa perdarahan, tanpa jahitan dan
tanpa perban.
- Selanjutnya pasien dapat langsung beraktifitas seperti biasa.
Cara Perawatan
- Minum obat yang diberikan secara teratur
- Menjaga kebersihan dengan mandi teratur seperti biasa
- Bilas glans penis dan alat Smartklamp dengan air setiap selesai buang air kecil.
- Setelah mandi atau membilas, keringkan penis dan alat Smartklamp dengan sebaik-baiknya
- Bubuhkan betadine pada areal bekas luka pemotongan.
Cara Pelepasan
- Setelah hari ke-5 ( pasien anak ) atau ke-7 ( pasien dewasa ) alat dilepas. Pertama gunting klem pada sisi kiri dan kanannya. Lalu lepaskan klem dengan mengangkatnya.
- Kemudian teteskan necrotic jaringan kulit yang berwarna hitam dengan baby oil sebanyak mungkin setiap 15 menit sekali selama 3 jam, melalui tabung bagian luar dan dalam. Setelah tabung dapat diputar, maka tabung dilepas.
- Setelah tabung lepas, lakukan pengompresan dengan rivanol (gunakan kassa steril, jangan kapas) pada bagian jaringan necrotic minimal 10 kali sehari. Selingi dengan betadine.
- Dalam waktu beberapa hari maka luka akan sembuh sempurna. Hasil khitan metode martklamp jauh lebih rapih, simetris dan estetis.
Tips perawatan pasca khitan
1. Segeralah minum obat Analgesik
Obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai
satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut
habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan
kering
Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar
untuk menghindari gesekan. Apabila sudah
kencing, bersihkan ujung lubang kencing secara
perlahan, usahakan jangan mengenai luka khitan. Jika sudah lebih dari 3 hari
maka bekas luka khitan boleh dibersihkan dengan air hangat menggunakan kassa
steril ke dalam air hangat dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut
sampai terlepas sendiri.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan
kejadian normal
Bengkak akan diserap sendiri oleh tubuh
dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu
dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air
hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai
2 hari setelah berkhitan dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.
4. Mengatur Makanan
Kandungan vitamin dan protein yang terkandung
dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka
agar lebih cepat kering. Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka
yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Hal tersebut akan menghambat
proses penyembuhan luka khitan karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah
untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain. Jadi
ada baiknya selama masa penyembuhan kita tidak memakan makanan yang bisa
merugikan kesehatan kita.
5. Tidak Perlu berlebihan
Tidak perlu menggunakan berbagai obat
ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena
bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama
4-5 hari setelah khitan sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah
waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air
seperti biasanya. Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak
menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.
6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat
diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang
berlebihan.
7. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan
setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan.
Blog yang menarik dan informatif sekali
BalasHapusTaukah Anda Bahaya Kulup Terlalu Panjang? Kulup terlalu panjang dapat menjadi masalah tersendiri bagi kaum pria, karena hal ini dapat berisiko untuk menyimbulkan bahaya. Maka itu untuk pria mengalami kulup terlalu panjang sebaiknya menjaga kebersihan dan melakukan sunat.
Kulup adalah kulit yang menutupi setengah atau seluruh kepala penis atau glans penis atau pentup dari kepla penis, pada kulup penis terdiri dari jaringan otot pada pria yang terdiri selaput lender, pembuluh saraf serta kulit yang menutupi glen penis atau ujung dari penis. Sifat dari kulup berbentuk elastis dan mudah untuk ditarik kebelakang.
Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini.
Bahaya Kulup Panjang
Apa itu Kulup panjang
Rumah sakit Sunat Aman