Rabu, 15 Oktober 2014

Sirkumsisi metode konvensional dan smart klamp



Latar Belakang
            Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sunat” atau “supit”, merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. Tindakan sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, dengan ditemukannya gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas namun pada masa itu teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas.
Beberapa kelompok masyarakat tertentu sampai saat ini masih memperdebatkan alasan melakukan sirkumsisi. Beberapa agama mewajibkan pelaksanaan sunat pada laki-laki contohnya pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini juga terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan Filipina. Menurut literatur AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukan sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi, survey tahun 2001 menunjukkan bahwa 23,5% orang tua melakukannya karena alasan medis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker. “Dua penelitian terakhir malah berhenti lebih awal, karena menunjukkan keefektifan yang tinggi tentang khitan dibanding kelompok kontrol yang menolak dikhitan,” jelas peneliti dari Universitas Illinois, Amerika Serikat, Richard Bailey, dalam Konferensi Masyarakat AIDS Internasional di Sydney, Australia.
Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia menurut WHO umur yang paling sering pada usia 5-12 tahun dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7juta). Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses yang  lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara seorang dokter dalam melakukan khitan sangat tergantung pada alat, kemampuan dokter dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam standar kompetensi dokter 2012  telah dinyatakan bahwa khitan merupakan kompetensi level 4 dimana seorang dokter harus mampu melakukan khitan secara mandiri dan merawat luka khitan sampai sembuh. Dalam karya tulis ini akan dibahas secara khusus metode sirkumsisi dengan menggunakan metode dorsumsisi dan smart klamp.

Definisi
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere (berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi.
Kulit kulup (prepusium) adalah lapisan luar/lipatan kulit yang menyelubungi glans penis. Prepusium menempel pada glans penis di sisi ventral frenulum. Sebuah pembuluh darah kecil membentang di frenulum. Selama perkembangan intrauteri ,epitelium prepusium dalam memulai memisah dari epitelium glans. Kendati retraksi prepusium minimal saat lahir, pemisahan fisiologis normal ini berlanjut hingga sepanjang masa kanak-kanak. Muara puncak prepusium adalah cincin prepusium.
Korona adalah bagian atas glans. Sulkus korona adalah batas antara glans & badan penis. Eksisi prepusium yang tepat adalah sejajar sulkus korona. Muara (meatus) uretra dalam kondisi normal terletak pada puncak tengah glans. Apabila meatus uretra berada pada bidang vertical/dorsal, kondisi ini disebut hipospadia & sirkumsisi tidakboleh dilakukan.








Tujuan, Indikasi, dan Kontraindikasi Sirkumsisi
Secara medis manfaat dan koplikasi sirkumsisi masih menjadi perdebatan, sehingga terdapat kubu pro dan kontra, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan rekomendasi dan petunjuk tentang manfaat dan risiko sunat. Selain untuk pelaksanaan ibadah agama / ritual, sirkumsisi dilakukan juga dilakukan karena memiliki manfaat secara medis sebagai berikut:
1.      Mencegah infeksi saluran kemih.
Manfaat yang paling penting adalah penurunan risiko infeksi saluran kemih pada masa bayi.  Studi awal melaporkan bahwa bayi laki-laki disunat adalah 10-20 kali lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi saluran kemih dari masih bayi disunat. Sekitar 7-18 dari setiap 1.000 bayi laki-laki tidak disunat akan beresiko terjadi  infeksi saluran kemih selama tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan 1-2 dari setiap 1.000 bayi laki-laki disunat. Peningkatan resiko ini terjadi akibat kolonisasi kuman pathogen dari urine diantara glands penis dan lapisan kulit preputium bagian dalam.
2.      Mencegah kanker penis.
Di AS, pria yang tidak disunat adalah sekitar tiga kali lebih mungkin mengalami kanker penis dibandingkan pria yang disunat.  Tetapi American Cancer Society tidak sependapat dan mengemukkan bahwa hal itu  kurang penting daripada yang diduga. Namun hal itu terjadi karena angka kejadian kanker penis di Amerika sangat jarang, kanker penis terjadi setiap tahun kurang dari 10 dari setiap satu juta orang biasanya di usia tua. Kebersihan yang baik juga muncul untuk mengurangi risiko kanker penis. Iritasi kronis galand penis dengan smegma dan balanitis (infeksi) merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker penis. Kanker penis jarang terjadi pada orang yang telah disirkumsisi.
3.      Mencegah gangguan penis.
Phimosis adalah ketidakmampuan untuk menarik kembali kulup, biasanya karena peradangan atau infeksi atau karena itu konfigurasi alami bahwa penis. Banyak pria yang sangat senang tidak pernah menarik kembali kulit khatan mereka. Kondisi ini biasanya ringan, tetapi dapat menghasilkan ereksi menyakitkan dan gejala lainnya. Karena khitan menghilangkan kulup, mencegah phimosis. Tapi kebersihan yang baik juga pelindung, dan ketika gangguan tersebut segera diobati biasanya membaik dengan cepat, beberapa pria, meskipun, membutuhkan sunat sebagai orang dewasa untuk mengoreksi kasus yang luar biasa parah dari phimosis.
4.      Mencegah posthitis.
Sunat juga mencegah posthitis, radang kulup, Dan tampaknya mengurangi risiko balanitis, radang kelenjar pada penis. Namun, kondisi ini umumnya ringan merespon dengan baik terhadap pengobatan sederhana.
5.      Penyakit menular seksual (PMS).
Studi baru menunjukkan bahwa sunat mengurangi risiko pria terinfeksi oleh HIV, virus penyebab AIDS. Sebaliknya, sebuah studi menunjukkan bahkan dapat meningkatkan risiko dari PMS yang paling umum, klamidia.

Indikasi sirkumsisi
1.       Agama
2.       Sosial
3.       Fimosis dimana preputium tidak dapat ditarik ke proximal karena lengket dengan gland penis diakibatkan oleh smegma yang terkumpul diantaranya.
4.       Parafimosis dimana preputium yang telah ditarik ke proximal, tidak dapat dikembalikan lagi ke distal. Akibatnya dapat terjadi udem pada kulit preputium yang menjepit, kemudian terjadi iskemi pada glands penis akibat jepitan itu. Lama kelamaan glands penis dapat nekrosis. Pada kasus parafimosis, tindakan sirkumsisi harus segera dilakukan.
5.       Balanitis recurrent
6.       Kondiloma akuminata, merupakan suatu lesi pre kanker pada penis yang diakibatkan oleh HPV (human papiloma virus). Karsinoma sel squamosa pada preputium penis, namun dilaporkan terjadi rekurensi local pada 22-50% kasus.
7.       Pencegahan penumpukan smegma yang diduga kuat bersifat karsinogenik

Kontraindikasi sirkumsisi                    
·        Absolute: hipospadia, epispadia.
·        Relatif : gangguan pembekuan darah (misalnya hemofilia), infeksi local, infeksi umum, dibetes melitus.
 
Komplikasi
Sirkumsisi yang dilakukan dengan benar dan perawatan hemostasis yang cermat, hampir
tidak menimbulkan penyulit. Secara umum penyulit yang terjadi pada tindakan ini rata-rata adalah 0,2-0,5%, yang terdiri atas :
1.       Perdarahan (0,1-35%).
2.       Infeksi (0,4%).
3.       Pengangkatan kulit penis tidak adekuat.
4.       Terjadinya amputasi glans penis.
5.       Timbul fistula uretrokutan .
6.       Nekrosis penis.
Sirkumsisi yang tergesa-gesa dan tidak memperhatikan perdarahan yang masih berlangsung menyebabkan perdarahan pasca sirkumsisi.  Perdarahan terutama pada arteri frenulum yang ada di sebelah ventral penis. Sterilisasi yang kurang baik pada saat sirkumsisi dan  hygiene pasca sirkumsisi yang tidak terjaga menyebabkan infeksi luka operasi.  Terjadinya nekrosis penis disebabkan iskemia yang karena infeksi, pemakaian campuran anestesi local dengan konsentrasi adrenalin yang terlalu tinggi dan kain pembungkus verban yang terlalu ketat. Di negara turki dilaporkan oleh Odzemir (1997) bahwa penyulit akibat sirkumsisi 5% disebabkan oleh dokter, 10% oleh tenaga kesehatan selain dokter dan 85% dikerjakan oleh tukang sunat  tradisional.

Variasi Metode
a.      Metode klasik/dorsumsisi/cara kuno
Metode ini sebenarnya sudah lama ditinggalkan, namun prakteknya masih dapat dilihat di sekitar pedesaan. Alat yang umumnya digunakan dalam metode ini adalah bambu yang telah ditajamkan, skalpel atau pisau bedah, dan silet. Peralatan yang akan dipakai ini sebelumnya disterilkan dengan alkohol tepat sebelum penggunaan. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
b.      Metode lonceng atau ikat
             Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.


c.       Clamp atau klamp
Metode ini memiliki banyak merek dagang terdaftar, namun, pada prinsipnya adalah kulit yang akan dihilangkan dijepit kemudian dipotong saat itu juga. Secara sekilas, proses penjepitan terlihat seperti metode lonceng, namun, sangat berbeda di tahap selanjutnya, yaitu pemotongan.
Pada metode ini, penjepitan hanya dilakukan sebentar saja selama operasi berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian langsung dibuang (sekali pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis. Merek dagang yang umumnya dipromosikan adalah: Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp, Smart Clamp. Di Indonesia, 2 metode yang terkenal adalah Tara Clamp dan Smart Clamp.
1)      Gomco
Klamp ini  dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan Aaron
Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya untuk
menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.
2)      Ismail Clamp
Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak.










3)      Q-tan
Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati (irreversible locking system ) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara massal dan masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat ini layak untuk digunakan secara luas.











4)      Sunathrone
Sunathrone adalah metode sunat dengan kaedah terkini yang ditemukan oleh Dr
Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan Sunathrone ini adalah
kerana praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini akan
tertanggal sendiri, serta tidak memerlukan perawatan khusus. Setelah khitan dapat langsung
memakai celana dan beraktifitas tanpa rasa sakit.









5)      Ali’s Clamp
Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis.










6)      Tara Clamp
Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia  Metode Cincin dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001. Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit. Kelebihan metoda ini adalah mudah dan aman dalam penggunaan, tidak memerlukan penjahitan dan perban,  tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, pendarahan minimal bahkan bisa tidak berdarah, tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung pakai celana dalam dan celana panjang.



7)      Smart Klamp
Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001
di Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi alat yang dipakai nomor 10, sedangkan orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai.  Tentu saja lebih aman dan bebas dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan sistem tertutup.Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan spidol. Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland penis. Lalu klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap terkunci. Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya adalah mengunci klamp hingga terdengar bunyi “klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses itu, sunat ala smart klamp selesai. Setelah lima hari, smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik yang sangat mudah.


d.      Electrocutery
Metode ini menggunakan tekhnik yang berbeda sekali dengan metode yang lainnya, dimana umumnya menggunakan pemotongan dengan pisau bedah atau alat lain, sementara metode ini menggunakan panas yang tinggi tetapi dalam waktu yang sangat singkat.
Metode ini memiliki kelebihan dalam hal mengatur pendarahan, dimana umum terjadi pada anak berumur dibawah 8 tahun, yang dimana memiliki pembuluh darah yang kecil dan halus.
 
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti “sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN) sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.

e.       Flash Cutter
             Metode ini merupakan pengembangan secara tidak langsung dari metode electrocautery yang dimana perbedaannya adalah menggunakan sebilah logam yang sangat tipis dan diregangkan sehingga terlihat seperti benang logam. Logam tersebut kemudian dipanaskan sedikit menggunakan battery. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang kemungkinan masih ada, dan juga untuk mempercepat pemotongan. Karena alat ini menggunakan battery, alat ini cenderung lebih mudah dibawa sehingga beberapa dokter yang memiliki alat ini bisa melakukan proses sirkumsisi di rumah pasien sampai selesai.


f.        Laser Carbon Dioxide
Metode inilah yang menggunakan murni laser selama proses sirkumsisi. Metode ini adalah metode tercepat selain menggunakan metode klasik karena didukung oleh tekhnologi medis yang telah maju.

Prosedur sirkumsisi dengan metode dorsumsisi                       
Ø  Persiapan pasien.  Sebelum dilakukan sirkumsisi, kita tentukan tidak ada kontraindikasi untuk melakukan tindakan sirkumsisi. Hal ini diketahui dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis ditelusuri :
a.       Riwayat gangguan hemostasis dan kelainan darah.
b.      Riwayat alergi obat, khususnya zat anatesi lokal, antibiotik, maupun obat lainnya.
c.       Penyakit yang pernah/sedang diderita, misalnya demam, sakit jantung, asma.
d.      Pada pemeriksaan fisik dicari :
1)      Status generalis: demam, tanda stres fisik, kelainan jantung dan paru.
2)      Status lokalis: hipospadia, epispadia, atau kelainan congenital lainnya.
Ø    Persiapan alat dan bahan:
a.      Minor surgery set steril yang terdiri dari gunting jaringan 1 buah, klem arteri lurus 4 buah, klem arteri bengkok 1 buah, pinset anatomis 1 buah, pemegang jarum (needleholder) 1 buah, jarum jahit kulit (cutting needle) 1 buah, knife holder + pisturi (pisau Bedah) no. 12 atau 15
b.      Duk berlubang kecil streril
c.       Sarung tangan steril
d.      Kain kasa steril
e.       Cat gut chromic 3/0 dengan jarumnya
f.        Spuit 3 atau 5 cc steril
g.      Lidokain hcl 2% injeksi
h.      Larutan NaCl 0,9 % atau aqua destilata
i.        Larutan antiseptik: larutan sublimate, povidon iodin 10%, dan alkohol 70%. Plester
j.        Sofratule (kasa yang ada antibiotik)
k.      Analgesik oral (antalgin atau parasetamol).
l.        Antibiotik oral (ampisilin/amoksisilin/eritromisin
m.    Salep antibiotik (kloramfenikol 2% atau tetrasiklin 2%)
Ø    Persiapan alat dan obat-obatan penunjang hidup bila terjadi syok anafilaksis.
Ø    Persiapan pasien dan lingkungan:
a.       Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b.      Mengatur posisi klien senyaman mungkin
c.       Memasang sampiran atau sketsel
d.      Memasang perlak dan pengalas
Ø    Asepsis dan antisepsis.
a.       Pasien telah mandi dengan membersihkan alat kelamin (genetaliannya) dengan sabun.
b.      Bersihkan daerah genetalia dengan alkohol 70% untuk menghilangkan lapisan lemak.
c.       Bersikan daerah genetalia dengan povidon iodin 10% dengan kapas dari sentral ke perifer membentuk lingkaran ke arah luar (sentrifigal) dengan batas atas tepi pusar dan batas bawah meliputi seluruh skrotum.
d.      Letakkan kain penutup stril yang berlubang.
Ø    Pelaksanaan:
1 1.       Mencuci tangan
b 2.      Memakai sarung tangan steril
c 3.       Bersihkan genetalia eksterna dengan Nacl dan desinfeksi dengan betadine
d 4.      Tutup duk berlubang kecuali genetalia
e 5.       Anestesi lokal
Digunakan anestesi local dengan menggunakan lidokain 2%.
Ø  Lakukan anastesi blok pada n. dorsalis penis dengan memasukkan jarum pada garis medial di bawah simpisis pubis sampai menembus fascia Buck (seperti menembus kertas) suntikkan 1,5 ml, tarik jarum sedikit, tusukkan kembali miring kanan/kiri menenbus fascia dan suntikkan masing-masing 0,5 ml; lakukan aspirasi dahulu sebelum menyuntik untuk mengetahui apakah ujung jarum berada dalam pembuluh darah atau tidak. Jika darah yang teraspirasi maka pindahkan posisi ujung jarum, aspirasi kembali.Bila tidak ada yang teraspirasi, masukanlah zat anastesi.
Ø  Lakukan anastesi infiltrasi di lapisan subkutis ventral penis 0,5-0,75 ml untuk kedua sisi.
Ø  Lakukan masase untuk meratakan anestesi dan tunggu efek anestesi bekerja. Tes penis dengan menggunakan pinset apakah anastesi sudah berfungsi atau belum.

f.     6. Pembersihan glans penis.
Buka glans penis sampai sampai sulkus korona penis terpapar. Bila ada perlengketan, bebaskan dengan klem arteri atau dengan kassa steril. Bila ada smegma, bersihkan dengan kassa mengandung larutan sublimat.
g 7.      Dorong prepusium ke belakang dengan lembut untuk mengidentifikasi muara meatus urinarius dan perkirakan berapa banyak prepusium yang akan diangkat sekitar dua pertiga prepusium harus diangkat dan tandai dan klem prepusium pada jam 11,1 dan 6 di tarik ke distal



h 8. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting kearah sulcus coronarius dan sisakan mukosa kulit secukupnya dari distal sulcus.
i.  






   9. Kemudian lakukan potongan melingkar yang merata dengan panjang sesuai dengan panjang potongan kulit luar pertama yang telah difiksir tadi. Lakukan kontrol perdarahan. 
    10. Setelah semua kulit luar lepas, klem ujung dari kulit luar yang dipotong tadi di keliling batang penis untuk melapangkan area jahitan sekaligus menandai tempat yang akan dijahit.












     

11.      Kemudian kulit dan mukosa di jahit satu persatu atau jelujur dengan cat gut 3/0

    12.        Setelah penjahitan selesai, gunting mukosa frenulum di sebelah distal dari jahitan sebelumnya, dan bersihkan dengan iodine 10% lalu beri salep kloramfenikol 2%. Balut dengan sofratule dengan longgar mengelilingi glans dan pinggiran kulit.
    13.   Bereskan semua peralatan
    14.      Pemberian obat-obatan
a) Analgasik oral (antalgin atau parasetamol)
b) Antibiotik oral (ampisilin, amoksisilin, eritromisin)
c) Pemberian obat-obatan ini dapat dimulai 2-3 jam sebelum sirkumsisi.
      15.  Dokumentasikan
 
Prosedur sirkumsisi dengan metode Smart Klamp
Smartklamp adalah salah satu inovasi terbaru dunia kedokteran khususnya di bidang sirkumsisi (khitanan) dan saat ini sangat banyak di pakai di dunia Internasional. Sejak diluncurkan pertama kali di pameran alat kesehatan dunia di Dusseldorf, German, tahun 2001, alat ini langsung melejit memasuki pusat-pusat pelayanan kesehatan di Eropa, Amerika dan Asia
Tenggara. Alat ini sangat diminati oleh para dokter disebabkan alat ini sangat praktis dan aman dibandingkan alat lain yang saat ini ada. Smartklamp memang dirancang untuk menghasilkan cara yang aman, cepat, dan canggih. Alat ini diciptakan dengan menggunakan teknologi plastik terkini dan diproduksi dengan standard mutu berkualitas tinggi.Prosedur sirkumsisi yang hampir tanpa perdarahan dan alat yang sekali pakai (disposable) juga membantu mengurangi resiko penyebaran infeksi. Alat ini bekerja dengan cara kerja yang menyamai klem tali pusar bayi, sehingga tanpa memerlukan jahitan dan perban.
            Alat ini terdiri dari berbagai ukuran, karena itu sangat cocok dilakukan pada bayi, anak-anak maupun orang dewasa.Metode ini juga sangat aman bagi penderita Diabetes, Hemofilia, anak-anak Autis atau anak-anak Hiperaktif. Beberapa kelebihan alat ini adalah dari sisi praktisnya alat ini sangat mudah digunakan bagi para dokter, tanpa jahitan dan tanpa perdarahan sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan proses khitanan menjadi lebih singkat (hanya sekitar 7 menit). Dari sisi keamanan alat ini mampu mencegah terjadinya cedera pada saat proses sunatan, menghindari terjadinya infeksi seperti HIV/AIDS dan hepatitis. Bentuknya yang ergonomis dan ringan membuat alat ini sama sekali tidak mengganggu aktifitas anak. Metode kerjanya dengan sistem klem memberikan perlindungan dan keamanan sesudah khitanan sehingga anak dapat beraktifitas bebas seperti biasa dan bisa langsung sekolah keesokan harinya bahkan bisa langsung dipakai untuk berenang. Bagi anak yang hiperaktif, alat ini adalah pilihan yang paling tepat karena tingkat keamanannya yang sangat tinggi. Demikian juga untuk anak atau bayi yang masih mengompol alat ini sangat cocok karena tahan terhadap basah.

Keunggulan Smarklamp                                       
1.      Praktis
  • Alat ini hanya terdiri dari 2 komponen terbuat dari bahan yang ringan dan kuat sehingga persiapan sunatan sangat mudah.- Pemasangan alat sangat mudah, tanpa perdarahan, tanpa jahitan dan tanpa perban.
  • Perawatan setelah sunatan sangat mudah karena tidak memerlukan perawatan khusus seperti metode lain. Dengan alat ini pasien dapat langsung beraktifitas normal seperti bersekolah, bermain, bekerja bahkan berenang. Pada saat liburan anak boleh berpergian keluar kota tanpa khawatir akan berdarah atau komplikasi lain.
  • Pelepasan alat ini sangat mudah bahkan bisa dilakukan sendiri oleh orang tua atau pasien yang telah dewasa.
2.      Aman
  • Prosedur pemasangan alat ini memberikan keamanan yang lebih baik sehingga terhindar dari cedera atau trauma saat pemasangan.
  • Alat ini dibuat untuk sekali pemakaian (disposable) sehingga terhindar dari resiko infeksi dan tertular penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis dsb. Metode ini tidak memerlukan antibiotik selama perawatan.
  • Alat ini sangat cocok digunakan untuk anak dengan kelainan seperti Hemofilia, Autis, Hiperaktif, Retardasi Mental, bayi dengan Fimosis, Infeksi/ radang, dsb.
  • Pada anak yang masih mengompol alat ini adalah pilihan terbaik bagi orang tua karena dengan alat ini luka khitanan terhindar dari siraman air kencing.
3.      Cepat
·         Waktu pemasangan sangat cepat (hanya sekitar 5 – 7 menit)
·         Alat akan terpasang selama 5 hari untuk anak-anak dan 7 hari untuk dewasa.
·         Selama penggunaan alat akan terasa singkat karena tanpa perawatan khusus.
·         Waktu penyembuhan rata-rata lebih cepat dibandingkan metode lain yaitu 20 hari sejak hari dikhitan.
4.      Nyaman
·         Alat ini sangat ringan dan ergonomis sehingga serasa tidak habis disunat
·         Tidak menimbulkan rasa nyeri
·         Pilihan waktu sunatan tidak harus liburan atau cuti bekerja karena pasien dapat langsung beraktifitas sehari setelah dikhitan. Khitanan pun dapat dilakukan pagi, siang ataupun malam dengan hasil yang sama.
·         Alat ini terdiri dari berbagai ukuran sehingga dapat digunakan untuk berbagai usia mulai bayi, anak-anak sampai dewasa.
5.      Kosmetis
  • Hasil khitanan akan lebih estetis, rapi dan simetris sehingga pasien akan merasa lebih puas.
6.      Ekonomis

Cara Pemasangan
  1. Dibius secara local
  2. Penis dibersihkan dan dibebaskan perlengketan yang ada







  1. Alat Smartklamp dipasang; pertama tabungnya kemudian klem penguncinya.







  1. Setelah letak Smartklamp telah sesuai, klem dikunci lalu kulit kulup dibuang.
  2. Proses selesai sekitar 5 sampai 7 menit. Tanpa perdarahan, tanpa jahitan dan tanpa perban.






  1. Selanjutnya pasien dapat langsung beraktifitas seperti biasa.

Cara Perawatan
  1. Minum obat yang diberikan secara teratur
  2. Menjaga kebersihan dengan mandi teratur seperti biasa
  3. Bilas glans penis dan alat Smartklamp dengan air setiap selesai buang air kecil.
  4. Setelah mandi atau membilas, keringkan penis dan alat Smartklamp dengan sebaik-baiknya
  5. Bubuhkan betadine pada areal bekas luka pemotongan.
Cara Pelepasan
  1. Setelah hari ke-5 ( pasien anak ) atau ke-7 ( pasien dewasa ) alat dilepas. Pertama gunting klem pada sisi kiri dan kanannya. Lalu lepaskan klem dengan mengangkatnya. 
  1. Kemudian teteskan necrotic jaringan kulit yang berwarna hitam dengan baby oil sebanyak mungkin setiap 15 menit sekali selama 3 jam, melalui tabung bagian luar dan dalam. Setelah tabung dapat diputar, maka tabung dilepas.
  2. Setelah tabung lepas, lakukan pengompresan dengan rivanol (gunakan kassa steril, jangan kapas) pada bagian jaringan necrotic minimal 10 kali sehari. Selingi dengan betadine.

  1. Dalam waktu beberapa hari maka luka akan sembuh sempurna. Hasil khitan metode martklamp jauh lebih rapih, simetris dan estetis.
 
Tips perawatan pasca khitan  
1. Segeralah minum obat Analgesik
Obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.

2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah
kencing, bersihkan ujung lubang kencing secara perlahan, usahakan jangan mengenai luka khitan. Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka khitan boleh dibersihkan dengan air hangat menggunakan kassa steril ke dalam air hangat dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas sendiri.


3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
   Bengkak akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah berkhitan dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.

4. Mengatur Makanan
Kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering. Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka khitan karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain. Jadi ada baiknya selama masa penyembuhan kita tidak memakan makanan yang bisa merugikan kesehatan kita.

5. Tidak Perlu berlebihan
Tidak perlu menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah khitan sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya. Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.

6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang
berlebihan.

7. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan.